Misa Perpisahan Uskup Tanjungkarang

Mgr. A. Henrisoesanta mengundurkan diri, Mgr. A. Sudarsa SCJ pimpin Keuskupan Tanjungkarang

 Setelah menggembalakan umat Keuskupan Tanjungkarang  selama 36 tahun, Mgr. Andreas Henrisoesanta, SCJ  mengundurkan diri dan memasuki masa emeritus (pensiun). Serah terima kepemimpinan umat Keuskupan Tanjungkarang kepada Mgr. Aloysius Sudarso yang juga merupakan Uskup Agung Palembang, dirayakan dalam misa sederhana di Gereja Katedral   Kristus Raja Kamis, 2/8/2012.  Selanjutnya Mgr. Aloysius Sudarso akan menjabat sebagai Administrator Apostolik sampai terpilih uskup yang baru.

Dalam perayaan misa sore itu juga diumumkan bahwa dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di keuskupan Tanjungkarang, telah ditunjuk Rm. Yakobus Hariprabowo sebagai Vikaris Jenderal, Rm. Piet Yunanta Soekawiluya sebagai sekretaris dan Rm. Ambrosius Astono sebagai ekonom.

Mgr. Henrisoesanta mengawali misa dengan kata pengantar singkat, bahwa perayaan misa sore itu merupakan misa perpisahan. Ia meminta maaf karena setelah lama menggembalakan umat tentu ada ha-hal yang tidak sesuai harapan. “Ini adalah misa perpisahan, maka saya minta lagu-lagu yang bertempo cepat. Jangan kaget, ” demikian dikatakan oleh beliau.

Umat keuskupan Tanjungkarang memang tidak terlalu kaget. Keputusan Bapa Suci bahwa pengunduran Mgr. A. Henrisoesanta diterima telah diumumkan sejak 6 Juli 2012lalu.  Menurut Kitab Hukum Kanonik, seorang uskup boleh mengajukan pengunduran diri setelah mencapai usia 75 tahun. Mgr. Henrisoesanta lahir di Ngijorejo, 7 Juni 1935, sehingga ia telah 2 tahun menunggu keputusan ini.

Sementara itu, Mgr. Aloysius Sudarso dalam homilinya mengatakan cukup terkejut ketika ditunjuk sebagai admistrator apostolik Keuskupan Tanjungkarang. Ia banyak memuji Mgr. Henri yang dikatakannya sebagai orang sangat mengahayati kaul ketaatan. Pada saat berkunjung ke Wisma Keuskupan di jalan M. Yamin, Mgr. Henri menunjukkan kepadanya deretan arsip untuk dipelajari. Mgr. Henri juga meminta izin agar dipekenankan mengajar ke Pringsewu.

Mgr. Aloysius Sudarso mengajak umat  berterima kasih kepada Tuhan atas penggembalaan Mgr. Henrisoesanta, yang dengan segala keterbatasnnya telah menyatukan umat di Lampung. Tentang Mgr. Henri yang akan segera pindah ke Wisma Emeritus di Padangbulan, Pringsewu ia berkata, “Mgr. Henri dekat dengan Bunda Maria dan akan mendoakan kita semua. Saya juga mohon didoakan.”

Di akhir homilinya, Mgr. Sudarso mengumumkan bahwa selain didampingi oleh sekretaris dan ekonom keuskupan, telah ditunjuk pula tujuh orang dewan penasehat keuskupan yaitu : Rm. Piet Yunanto Sukawiluya, Rm. A. Astono Budiatmaja, Rm. Jo Gourdon, Rm. A. Satu Manggo, Rm. P. Gunawan Setyadi, Rm. Marius Lami dan Rm. A. Sutrsino. Kemudian diumumkan pula oleh Rm. Piet selaku sekretaris keuskupan yang baru adanya sejumlah mutasi para pastor.

Sebelum berkat penutup, umat yang memenuhi katedral Kristus Raja, menjadi saksi penurunan logo Keuskupan “Eritis Mihi Testes” – kamu akan menjadi saksi  –  yang sejak 3 dekade lalu terletak di atas tahta uskup,  sebagai simbol tahta lowong.

Foto-foto ini hasil bidikan fotografer Joni Iswandi

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

2 thoughts on “Misa Perpisahan Uskup Tanjungkarang

  1. Kemudian saat VOC berkuasa, 1619 hingga 1792 , semua kegiatan Katolik dilarang, dan para imam Katolik juga dilarang untuk berkarya di wilayah kekuasaan VOC di Batavia , bahkan seorang Jesuit Egidius d’Abreu, S.J. dibunuh pada tahun 1624 . Kegiatan Katolik hanya diijinkan di luar tembok Batavia bagi orang-orang keturunan Portugis dengan didirikannya Gereja Portugis di luar kota pada tahun 1696 , kini menjadi Gereja Sion di Jl. P. Jayakarta. Keturunan Portugis ini juga diberi lahan bertani di daerah yang kini disebut daerah Tugu. Pada abad ke-18 ini VOC membebaskan imam-imam Katolik untuk singgah di Batavia untuk melayani umat-umat, baik yang keturunan Portugis maupun juga pegawai VOC . Pada masa Daendels barulah umat Katolik diijinkan untuk merayakan misa secara terbuka, pada tahun 1808 . Daendels juga memberikan Gereja Katolik resmi pertama di Batavia pada tahun 1810 bertempat di Gang Kenanga Utara, daerah Senen sekarang. Gereja perdana ini sudah dibongkar pada tahun 1989 . Pada tahun 1830 Gubernur Jendral Du Bus de Ghisignies menghibahkan tempat kediaman komandan tentara dan wakil gubernur jendral kepada Prefektur Apostolik Batavia . Di lahan inilah kini berdiri Gereja Katedral Jakarta .

    Suka

Silakan tulis komentar