Contoh Profil Pribadi (Personality Profil Feature)

NUR  AINI, MEMBANTU KELAHIRAN DI BETING

Kamis, 25 Februari 2010 | 03:04 WIB

Oleh M Clara Wresti


Kulit yang membalut tubuhnya tidak bisa menyembunyikan usia Nur Aini yang sudah lanjut. Namun, jika melihat bagaimana dia bergerak, berjalan, berbicara, dan beraktivitas, tidak ada yang menyangka nenek ini sudah berusia 91 tahun.

Perempuan, yang biasa dipanggil Oma oleh orang-orang di sekitarnya, itu selalu tampil energik. Daya ingatnya masih kuat. Mungkin karena dulu pernah menjadi tentara dan ikut berperang, Oma mempunyai tenaga yang berlebih walaupun usianya sudah lanjut. Oma bercerita, dia melahirkan anak bungsunya kala berusia 54 tahun.

Oma pun tetap bekerja membantu ibu-ibu di Kampung Beting Remaja, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, yang akan melahirkan. Tidak hanya itu, dia juga memberikan perawatan bagi ibu melahirkan dan bayinya, termasuk memandikan bayi hingga puput pusar. Untuk semua pelayanan itu, Oma tidak menagih biaya.

”Ada memang yang memberikan uang, tetapi tidak semua pasien mampu memberikan uang. Mereka umumnya miskin sekali,” kata Oma yang menjadi dukun melahirkan sejak tahun 1985.

Oma bercerita, uang terbesar yang pernah diterimanya membantu melahirkan adalah Rp 200.000. Selain itu, dia juga pernah diberi uang Rp 100.000 setelah membantu memandikan dan memijat bayi hingga usia bayi 40 hari.

Warga Kampung Beting bukanlah warga yang mampu. Sebagian besar mereka adalah pendatang yang tidak mempunyai kartu tanda penduduk dan kartu keluarga DKI Jakarta. Mereka mendapatkan uang dari mengamen, menjadi pemulung, kuli bangunan, dan sebagainya.

Agak sulit bagi mereka mendapatkan akses kesehatan karena tidak mempunyai kartu keluarga miskin dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta atau Jaminan Kesehatan Masyarakat dari Kementerian Kesehatan.

Mereka memang bisa mendapatkan akses itu dengan bantuan dari lembaga swadaya masyarakat Forum Bersama Menggugat Kampung Beting dan Dinas Sosial DKI Jakarta. Mereka bisa berobat gratis. Namun, fasilitas itu masih terasa berat karena keluarga pasien tidak punya ongkos untuk bolak-balik ke rumah sakit. Karena itu, pasien dari Kampung Beting sering kali memilih tidak dirawat di rumah sakit.

Dengan demikian, keberadaan Oma amat membantu mereka. Oma cukup datang ke rumah mereka dan membantu proses melahirkan. Ongkosnya pun tidak berat karena Oma tidak pernah mematok tarif. Berapa pun yang mereka berikan, Oma terima dengan senang hati.

”Sering kali, saat istrinya melahirkan, si suami malah menganggur. Mereka juga terjepit harus membayar uang kontrakan yang sudah tertunggak beberapa bulan,” kata Oma yang rata-rata membantu empat ibu melahirkan dalam sebulan.

Permintaan warga

Oma, ibu dari empat anak ini, menjadi dukun melahirkan karena permintaan warga Kampung Beting. Mereka tahu bahwa Oma pernah menjadi perawat pada zaman penjajahan Belanda. Dulu, Oma bekerja di RS Djatinegara, yang kini bangunannya sudah hilang dan menjadi Puskesmas Jatinegara, di Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur.

Warga Kampung Beting, yang pada 1980-an masih kesulitan mengakses layanan kesehatan, meminta Oma membantu ibu-ibu melahirkan di kampung ini. Didorong rasa solidaritas dan keinginan membantu, Oma lalu mengambil kursus singkat menjadi bidan di kawasan Salemba. Oma pun merasa percaya diri untuk membantu para ibu yang akan melahirkan.

”Untunglah, sejak saya membantu melahirkan, tidak pernah ada yang bermasalah dan harus dibawa ke rumah sakit. Mungkin ’Yang di Atas’ tahu, yang mau melahirkan ini sudah sulit hidupnya. Tuhan tidak memberi mereka kesulitan lagi,” ujarnya.

Gunting dan alkohol

Bagi Oma, membantu melahirkan selalu menyenangkan. Tangisan keras bayi, karena harus keluar dari tempatnya yang nyaman di perut ibu, menjadi hadiah yang luar biasa bagi Oma. Karena itulah dia selalu bersemangat membantu walaupun harus keluar rumah pada tengah malam buta.

Pasien Oma tak hanya warga Kampung Beting. Warga miskin di Sukapura, Tanah Merah, Rawa Badak, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, juga berada dalam jangkauan layanan Oma.

Setiap kali keluar rumah, Oma pasti berbekal gunting untuk memotong tali pusat bayi dan alkohol. ”Gunting dan alkohol saya beli sendiri. Alkohol penting agar luka di tali pusat tidak infeksi,” katanya.

Selain gunting dan alkohol, dia juga membawa obat-obatan untuk ibu yang telah melahirkan. Obat-obatan itu berupa vitamin dan antibiotik.

”Obat-obatan ini saya beli dari teman yang menjadi bidan. Harganya murah, hanya Rp 50.000,” katanya.

Walaupun Oma harus mengeluarkan uang untuk obat, dia tidak meminta pasien membeli darinya. ”Uang (untuk membeli obat) itu saya dapat dari upah memijat,” kata Oma yang juga memberikan jasa pijat.

Selain memberikan obat, Oma juga membuatkan jamu beras kencur dan kunyit asam agar kesehatan pasiennya cepat pulih. ”Jamu saya buat sendiri. Jadi, saya tidak mengeluarkan biaya mahal,” ujarnya.

Menjadi dukun melahirkan di kawasan, yang diketahui pernah menjual 25 bayi baru lahir, ini menjadi tantangan tersendiri bagi Oma. Dia berkali-kali ditanya pasiennya, apakah ada orang yang mau mengadopsi bayi yang akan lahir tersebut.

”Banyak sekali (ibu) yang begitu, tapi saya takut. Saya tahu itu berdosa. Nanti saya ditangkap polisi,” kata Oma dengan tegas.

Bagi Oma, pada usia senja ini hidup harus diisi dengan hal-hal yang baik. Jangan sampai salah langkah hingga akhirnya hanya menghasilkan kesia-siaan.

6 thoughts on “Contoh Profil Pribadi (Personality Profil Feature)

Silakan tulis komentar